-->

Korean Movie Review: Bori 나는보리 (2020)


 “Why am I the only person born different from my family?” 

Kenapa hanya aku seorang yang lahir berbeda di keluargaku?

Bori (2020) merupakan film indie asal Korea Selatan yang baru beredar luas di bioskop pada bulan Mei 2020 yang sebenarnya sudah tour de festival sejak 2018. Kim Jin-yu merupakan orang dibalik film bergenre drama dan slice of life ini. Ia didapuk sebagai penulis sekaligus sutradara. Jika kamu nyari profil film ini di Asianwiki atau Wikipedia, aku jamin ngga akan ketemu, karena film ini berisi orang-orang underground. Satu-satunya yang memiliki akun profil Asianwiki hanya pemeran si ayah, Kwak Jin-seok.

Film ini berkisah tentang anak perempuan berusia 11 tahun bernama Na Bo-ri, yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang dapat mendengar. Awalnya semuanya berjalan normal-normal saja, hingga Bo-ri tiba-tiba merasa tersisih dari lingkaran orang tua dan adik laki lakinya karena dia merasa sulit untuk bergabung dalam percakapan bahasa isyarat di rumah. Ini membuatnya tak memiliki nafsu makan setiap waktu makan keluarga. Suatu hari, dia tersesat di festival kembang api yang ramai. Bo-ri bingung harus bagaimana karena keluarganya tak akan sadar jika ia membuat pengetahuan di bagian informasi. Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya menangis di kantor polisi terdekat. Karena kejadian ini, ia ingin menjadi tuli agar tidak lepas dari genggaman keluarganya.


Selanjutnya, Bo-ri berusaha keras agar bisa tuli. Ia berdoa di kuil hingga menceburkan diri ke laut. Hingga ia benar-benar tuli untuk sementara. Namun, ia sadar bahwa ia tak bisa terus-terusan berpura-pura. Bahwa mereka saling mengisi dan membutuhkan. Bo-ri yang mengganggap orang tuanya tak menyayanginya, ternyata hanya pikiran buruk yang lewat dalam dirinya.

Film Korea memang selalu berhasil membawakan kisah drama baik di film maupun dramanya. Bo-ri berhasil membuat aku menangis. Kim Jin-yu selaku sutradara menyajikan kisah masa kecil yang sensitif dan intim tentang seorang gadis yang ingin menjadi tuli seperti keluarganya yang tersayang.


Kekuatan utama film Bo.ri berada pada hubungan erat keluarga dan kehangat suasana lingkurang Bo-ri tinggal. Ada beberapa adegan indah di mana Bo-ri dan ayahnya mengobrol bersama dalam bahasa isyarat saat dia memancing di laut. Aku merasa adanya keterikatan kuat antara putri pertama dan ayahnya di sini. Ketika ibu Bo-ri mengunjungi ayahnya juga cukup membuat sedih, karena ayahnya selama ini tak bisa berkomunikasi dengan anaknya sendiri. Hal yang cukup ironis adalah Bo-ri yang terasa diasingkan ketika ingin menjadi tuli, namun ia merasa senang karena dia berharap semakin dekat dengan keluarganya.

Akting Kim Ah-song cukup baik sebagai Bo-ri, aku merasa ia harus melesat lebih setelah ini. Ia berhasil memerankan seorang anak yang lahir normal dan merasa dirinya tidak dekat dengan keluarganya yang menyandang disabilitas. Walaupun sempat ingin menjadi tuli, untungnya Bo-ri bersyukur dengan anugrah atas tubuhnya dan menjadikan hal tersebut untuk membantu keluarganya. Aku merasa ngga ada cacat dalam kemampuan akting semua bintangnya (Lee Rin-ha sebagai Jeong-woo, Kwak Jin-seok sebagai ayah dan Hur Jina sebagai ibu), chemistry yang dibangun juga lebih dari ekspektasiku.


Sinematografi film ini indah banget! Setting kota kecil di tepi pantai, dan khususnya, rumah keluarga Bo ri yang sederhana namun aesthetic, mirip-mirip dengan Little Forest. Hampir tidak ada musik di sini, kita hanya ditemani suara angin sepoi sepoi dan suara jangkrik di siang hari. Bo-ri adalah film yang sebenarnya punya konflik yang terlihat rumit dan berat namun dibawakan secara simpel dan hangat oleh Kim Jin yu. 

Hangat dan mendekatkan, dua kata yang cukup untuk menggambarkan Bo-ri. Durasi 1 jam 50 menit sama sekali ngga terasa lama karena kita akan dimanjakan penuh dengan visual dan kedekatan keluarga Na. Selamat menonton!

Baca juga: Review Drama Korea Kairos 

No comments:

Post a Comment