-->
,

Juvenile justice review

Aku akhirnya selesai menonton Juvenile Justice. Drama comeback dari Kim Hye-soo, Kim Moo-yeol & Lee Sang-min. Trio aktor yang kualitasnya ngga diragukan lagi. Di sutradari oleh Hong Jong-chan (Life, The Most Beautiful Goodbye, Dear My Friends) dan ditulis oleh Kim Min-seok. Juvenile Justice merupakan Netflix Original Series. 


Juvenile Justice sebenarnya cukup dark, karena menggambarkan tragedi anak-anak dibawah umur. Kisahnya dimulai dari Hakim Sim Eun-seok (Kim Hye-soo) yang dipindahkan ke divisi kasus kriminal yang melibatkan remaja dan anak-anak. Hakim Sim dikenal tegas dan tak segan-segan memberikan hukuman maksimal bagi setiap kasus yang ditanganinya. Ia sangat membenci kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak, karena si pelaku tak akan mendapat hukuman setimpal sekalipun yang mereka lakukan adalah kejahatan fatal.

Juvenile justice review

Juvenile justice review

Hakim Sim tidak sendiri, ia satu ruangan dengan Cha Tae-joo. Hakim junior yang lembut, baik hati dan penyayang. Mereka dikepalai oleh Hakim Kang (Lee Sang-min), seorang Hakim yang cukup terkenal karena sudah 22 tahun berkarir dan sering mendapat undangan menjadi panelist di televisi. 


Juvenile Justice memiliki 10 episode dan 8 kejahatan yang dirangkum menjadi 6 kasus. Untuk detail per kasusnya, kalian bisa menontonyya sendiri HAHAHA. Semua kasus di Juvenile Justice diambil dari kasus nyata di Korea Selatan. Aku nyoba merangkum sedikit, kalo kamu kepo, bisa search di google yah!

Juvenile justice review

Incheon Elementary School Murder Case

Seorang remaja cewek usia 16/17 tahun menculik dan membunuh seorang anak perempuan berusia 8 tahun. Mayatnya ditemukan pada tanggal 24 Maret 2017. Sangat mirip dengan versi penggambaran di drama, si pelaku bertemu dengan korban di taman Yeonsu-gu. Si mayat korban juga di mutilasi dan dibungkus menjadi 2 kantong kresek, kemudian diletakan di water tank di rooftop apartemen. Ia mendapat hukuman penjara selama 15 tahun.

Sumber: Klik


Sookmyung Girls' High School Exam Paper Leak Case

Pelakunya ngga sebanyak di drama. Dan memang benar adanya, bahwa pelaku adalah dari kalangan keluarga kaya. Kasus ini sering disebut Sookmyung Twin Sister. Sookmyung Girls' High School sendiri adalah sekolah elit di wilayah Gangnam. Ayah dari anak kembar tersebut adalah seorang guru di sekolah yang sama dengan kedua putrinya. Awal ketahuannya bukan dari sesama guru, melainkan dari wali murid yang curiga dengan perubahan ranking secara drastis dari kedua anak tersebut. Si ayah dihukum, sedangkan kedua putrinya mendapat bimbingan dari pengadilan.

Sumber: Klik


Daejeon Middle School Student Rental Car Theft Accident

Kasus ini dikenal dengan nama Chokbeop Boy. Pada tanggal 29 Maret 2020, Daejeon Dongbu Police menangkap 8 anak berusia 13 tahun yang ketahuan mengendarai mobil tanpa menggunakan SIM dan mobil curian dari jasa rental. Persis seperti di drama, mereka berusaha kabur dan menabrak seorang pengendara motor hingga meninggal. 

Kasus ini membuat masyakarat marah dengan UU Pembatasan Hukuman terhadap kejahatan di bawah usia 14 tahun. Mereka membuat petisi untuk merevisi UU ini, hingga terkumpulah lebih dari 1 juta tanda tangan. 

Sumber: Klik


Yongin Apartment Brick Throwing Death Case

Pada bulan Oktober 2015, seorang wanita berusia 55 tahun meninggal di tempat akibat terkena batu bata dan juga ditemukan wanita 29 tahun yang cedera parah akibat hal yang sama. Pelaku dari kasus ini adalah anak berusia 9 tahun dan 11 tahun. Alasan mereka melakukan hal itu sama dengan di drama, yaitu ingin mempraktekan materi gravitasi.


Incheon Middle School Gang Rape

Kisah aslinya ada dua kejadian yang sama-sama terjadi di Incheon pada Februari 2018 dan Desember 2019. Keduanya memiliki kesamaan yaitu pelaku berusia dibawah 15 tahun. Sesuai UU, mereka tidak akan mendapat hukuman berat. Untuk korban 2018 telah melakukan bunuh diri, 5 bulan setelah kasus tersebut mencuat, dia mengalami trauma berat dan depresi karena lingkungannya tak menerimanya. 

Sumber: Klik


(Review) Netflix Juvenile Justice (2022)


First of all, sebagai fans drama bergenre hukum, drama ini ada keanehan. Yaitu letak tersangka ketika diadili kok di tengah ruangan menghadap hakim ya? Bukannya harusnya di sebelah kanan hakim dan saling berhadapan dengan jaksa? Agak mengganggu mata, tapi masih bisa dimaafkan.


Chemistry antara Kim Moo-yeol dan Kim Hye-soo disini beneran terasa. Meski karakter mereka bertolak belakang di drama ini, namun hubungan Hakim Sim & Hakim Cha memberikan aku insight banyak dari cara mereka menyelesaikan kasus. Setiap kalimat apa yang diucapkan Hakim Sim juga penuh arti, meski penampakannya seperti tak peduli.

Banyak banget hikmah dan pelajaran dari Juvenile Justice, ada satu kalimat yang membekas di aku.

"Anak tidak bisa tumbuh sendirinya" - Hakim Sim

Karena bagaimana pun, apa yang terjadi pada si anak, merupakan sebab-akibat dari apa yang terjadi di lingkungannya. Keluargalah yang paling dekat, sehingga pembentukan karakter dan cara pandang tentunya berawal dari sana. Apabila keluarganya tak baik-baik saja, pasti akan meninggalkan luka terhadap si anak. Dari luka tersebut dapat berubah menjadi berbagai bentuk, salah satunya kejahatan. 

Juvenile justice review

Applause setinggi-tingginya untuk akting Kim Hye-soo! Semua emosi beneran bisa tersampaikan dengan baik ke penonton, apalagi setiap perubahan emosi terlihat dari sorot matanya. Overall, Juvenile Justice berhasil memberikan efek hangover ke aku untuk beberapa hari, sambil nunggu hari Sabtu yang penuh drama bagus. 

,
Review AI love you 2022

Siapa yang gagal move on dari film Thailand A Little Things Called Love? Cung! Siapa yang pengen banget ada season 2nya? SAYAA!! Sayangnya, bak berharap pada rembulan, menanti season 2 dari film itu kayak ngga mungkin banget. 

Nah, Netflix berhasil menggaet dua pemain utama A Little Things Called Love yaitu Baifern Pimchanok dan Mario Maurer untuk beradu peran kembali di original movie Netflix berjudul AI Love You a.k.a Laser Candy. Film ini bercerita tentang masa depan dimana AI robot akan berdampingan dengan aktifitas manusia. Lana (Baifern) adalah seorang product designer di sebuah agensi iklan dan Bob (Mario) merupakan programmer pengembangan teknologi AI terkemuka. 

Review AI love you 2022

Review AI love you 2022

Konflik bermula dari Lana yang tak kunjung mendapat pasangan dan ia terjebak dengan hubungan aneh dengan asisten robot AI di kantornya yang bernama Dob. Dob bukan sembarang AI robot, karena ia memiliki perasaan terhadap Lana. Hal yang tidak seharusnya terjadi ini membuat code-code pada pemrograman Dob perlu direset ulang. Bob yang sebelumnya pernah berkencan buta dengan Lana ditugaskan untuk memperbaiki Dob. Malapetaka terjadi, Dob yang keras kepala akhirnya menguasai isi otak Bob. Sehingga, Bob dikuasai penuh oleh Dob. Ia mencari cara agar cintanya kepada Lana tersampaikan. 

Review AI love you 2022

Lana pun mulai jatuh cinta terhadap Bob versi Dob. Namun, ia merasakan ada yang ganjil dengan Dob maupun Bob. Di sisi lain, apa yang dilakukan Dob diketahui oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam teknologi. Mereka berusaha melenyapkan Dob dalam diri Bob. Lalu berhasilkah?

AI Love You bisa dikatakan bukan film murni Thailand. Kalo kamu pecinta film hits Thailand, akan kerasa banget ngga-thailandnya (Film ini memiliki unsur komedi khas Thailand yang minim banget). Sutradaranya adalah Philip Gellat, penulis dari cyber-punk cartoon Love Death+Robots (2019) dan Stephan Zlotescu yang sebelumnya memproduksi short movie True Skin. Production House AI Love You sendiri juga bukan dari Thailand, yaitu Warner Bros dan Amazon Studio. Waah, gilasih luar negeri banget ga sih? Berarti bagus dong? BIG NO!

(Review) Thailand Movie: AI Love You (2022

Reuni Baifen dan Mario Maurer sudah sangat dinantikan oleh masyarakat Asia, karena memang sesukses itu A Little Things Called Love. Butuh 11/12 Tahun mereka untuk dipersatukan dalam 1 proyek kembali. Namun, jangan berekspektasi tinggi. Karena chemistry mereka jauh lebih terasa di A Little Things Called Love dibandingkan di AI Love You. Akting Mario di sini memang bagus, namun kelelep Baifern yang memiliki screentime lebih. Konsep AI seolah-olah hanya sebagai pemanis saja. Special effect yang mumpuni tak diikuti dengan kualitas alur ceritanya. 

Intinya, sebenarnya jangan terlalu berharap atau berekspektasi tinggi dengan film ini.

Jujur, setelah 40 menit, film ini kehilangan arah dan random banget (gimana ceritanya manusia bisa download kekuatan robot?), ketika dipaksakan nonton sampai selesai bakal ada sensasi ngantuk haha.